Selasa, 11 September 2012

BMI Turut Memartabatkan Bahasa Indonesia Menjadi Bahasa Internasional

     Bahasa Indonesia resmi menjadi bahasa persatuan atau bahasa nasional. Hal ini terbukti dalam hasil Kongres Pemuda Kedua di Gedung Oost-Java Bioscoop, pada hari Minggu (28/10/1928) yang berisi:
Pertama
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku bertumpah darah yang satu, tanah air Indonesia.
Kedua
Kami putra dan putri Indonesia, mengaku berbangsa yang satu, bangsa Indonesia.
Ketiga
Kami putra dan putri Indonesia, menjunjung bahasa persatuan.


(Peserta kongres Pemuda II )
     Namun sangat disayangkan, bahasa Indonesia yang merupakan bahasa komunikasi bagi rakyat Indonesia, hingga kini belum  difahami sepenuhnya. Sebagian rakyat  Indonesia belum memahami tata cara bagaimana  berbahasa Indonesia dengan baik dan benar. Mayoritas penutur bahasa Indonesia sudah kerap mendengar atau mengenal Ejaan Bahasa Indonesia Yang Disempurnakan (EYD), namun penerapan penggunaan EYD dalam tata cara berkomunikasi masih jauh dari sempurna.  Sebelum adanya EYD, dahulu kita menggunakan ejaan Ch.A.Van Ophuijsen yakni Kitab Logat Melajoe 1901. Kemudian Ejaan RI atau lebih populer Ejaan (Mr) Soewandi, dan setelah itu kita menggunakan EYD.Untuk lebih jelasnya silakan klik pada situs berikut : 
      Kendati penutur bahasa Indonesia lebih dari 100 juta orang di dunia ini, namun bahasa Indonesia belum mampu menjadi bahasa Science ( ilmu pengetahuan). Sebagaimana kita ketahui bersama bahwasannya bahasa adalah kunci untuk membuka ilmu pengetahuan. Tetapi kenapa perkembangan bahasa Indonesia tidak selaju bahasa-bahasa lain ? Misalnya bahasa Perancis, bahasa Jerman, bahasa Mandarin, atau bahkan bahasa Kantonis ? Menurut Amran Halim(dalam Bakry, 1981: 179) Kurangnya buku-buku ilmiah di Indonesia, hal ini bukan disebabkan karena kemiskinan bahasa Indonesia, tetapi kurangnya bahasa Indonesia dalam peristilahan ilmu pengetahuan dan teknologi.
 Berbagai upaya pemerintah dalam hal ini Pusat Bahasa sampai sekarang gencar dilakukan. Selain itu penyempurnaan Kamus Besar Bahasa Indonesia harus dilakukan secara berkala, karena bahasa itu sendiri selalu mengalami perubahan atau perkembangan, sesuai kehidupan masyarakatnya.

 Dalam fungsinya sebagai komunikasi, bahasa Indonesia mempersatukan bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai suku bangsa, daerah, dari Sabang sampai ke Merauke dan bahkan  di  Negeri Beton ini, Hong Kong. Ada lebih dari 100.000 Buruh Migran Indonesia (BMI) yang bekerja di Hong Kong. BMI tersebut berasal dari berbagai daerah di Indonesia seperti NTB, Palu (Sulawesi), Lampung, Banyumas, Sampang (Madura), Cilacap, dan lain-lain. Mereka akan saling mengenali ketika mereka menggunakan bahasa Indonesia. Tentu saja bahasa Indonesia sangat berjasa sekali dalam mengeratkan tali silaturahmi warga negara Indonesia. Kendati jutaan penutur bahasa Indonesia di dunia ini, namun bahasa Indonesia masih belum mampu menjadi bahasa Internasional. Lantas sebagai BMI yang bekerja di luar negeri, apa kontribusi  yang bisa kita berikan untuk bahasa Indonesia supaya berkembang menjadi bahasa Internasional?
     Pengalaman penulis sendiri ketika 2 tahun yang lalu bekerja pada seorang majikan Cina, majikan saya tertarik untuk belajar bahasa Indonesia. Mereka ingin tahu masakan-masakan khas Indonesia, tempat-tempat wisata menarik di tanah air. Dan satu hal yang membuat saya bangga sebagai pemilik bahasa Indonesia adalah ketika mereka berniat belajar bahasa Indonesia, guna persiapan untuk berlibur ke Bali. Meskipun hanya kalimat kalimat sederhana, misalnya terima kasih, sarapan pagi, saya suka Indonesia, maaf berapa harganya? dan masih banyak lagi, dengan senang hati saya mengajarinya.
Sebut saja Siti, BMI asal Kediri ini menuturkan bahwa dia tidak pernah menyangka kalau penjual sayur di pasar tempat ia bekerja, Tiu Keng Leng, mengenal bahasa Indonesia meskipun dalam pengucapannya agak cadal, seperti mali-mali (mari-mari), mulah-mulah (murah), selatus (seratus) tiga, baju diobral, silakan silakan pilih di pilih...
Begitu juga dengan sebuah agen tempat mencari majikan, hampir semuanya mengerti dan paham tata cara menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan yang lebih membuat penulis kagum, bahwa para instruktur atau tutor  komputer,memasak, belajar musik, yang  "nota bene"-nya adalah Warga Negara Asing , berusaha dan sangat tertarik untuk belajar bahasa Indonesia guna memperlancar komunikasi mereka dengan siswi-siswinya yang juga merupakan BMI.Tentu saja kefasihan warga negara asing yang sedang belajar menggunakan bahasa Indonesia belumlah sempurna, untuk itu tanggung jawab kita semua untuk memberitahu atau setidaknya mengajari mereka bagaimana melafalkan bahasa Indonesia yang  baik dan benar.
Di samping itu juga ketika kita berteman dengan para buruh migran  Philipina, Nepal, Nigeria, dan lain-lain kita bisa saling mengenalkan bahasa kita kepada mereka. Hal ini juga merupakan salah satu upaya sederhana namun sangat efektif dalam proses memperkenalkan bahasa Indonesia  kepada warga negara di belahan dunia lain.

     Peran pemerintah Indonesia yang dalam hal ini Konsulate Jenderal Republik Indonesia juga sangat mendukung. Dengan adanya program-program seperti  kursus memasak, seminar, diskusi, perlombaan-perlombaan yang sangat berkontribusi besar. Semoga frekuensi kegiatan-kegiatan ini juga dapat ditingkatkan , sehingga penggunaan bahasa Indonesia tidak lekas pupus walaupun sudah cukup lama warga negara Indonesia berada di Hong Kong.
Tak kalah hebatnya peran dari  organisasi-organisasi bukan pemerintah atau Non Government Organization (NGO) yang selalu pro aktif terhadap BMI. Dengan semakin  banyaknya organisasi BMI yang ada di Hong Kong ini, yang seperti  jamur tumbuh di musim penghujan, diharapkan  dalam setiap kegiatan kegiatannya penggunaan bahasa Indonesia dapat dan terus dipergunakan dengan baik dan benar. Dengan adanya perlombaan perlombaan menulis, pidato, seminar, diskusi yang diadakan organisasi organisasi  bukan pemerintah/NGO semakin  menambahkan  ketrampilan BMI, dalam penguasaan bahasa Indonesia yang baik dan benar hingga akhirnya diharapkan bermunculan para penulis dan jurnalis di luar negeri.
      Peran media massa, misalnya saja surat kabar, juga memberikan kontribusi yang cukup signifikan dalam upaya memartabatkan bahasa Indonesia. Semakin banyak tulisan tulisan berbahasa Indonesia semakin banyak orang akan membaca dan mengetahui perkembangan kosa kata bahasa Indonesia. Adanya sikap  patriotik dan kesadaran untuk menggunakan bahasa Indonesia dengan baik dan benar juga sangat penting. Bangga menggunakan bahasa Indonesia juga tak kalah pentingnya untuk menjadikan bahasa Indonesia  sejajar dengan bahasa lain.
     Kerja sama antara semua elemen dan unsur unsur masyarakat Indonesia, peran serta dari BMI, pemerintah, organisasi bukan pemerintah, dan  media massa  yang ada di Hong Kong sangat berpengaruh untuk mewujudkan  bahasa Indonesia  menjadi bahasa internasional. Mari bersama sama kita semai rasa bangga dan cinta berbahasa Indonesia.
(Ida kediri, Lomba Blog Dompet Duafa Hong Kong, postingan wajib)




6 komentar: